Rabu, 20 Oktober 2010

Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen


APA YANG DIMAKSUD DENGAN KEPUTUSAN ?



     Setiap hari, kita sebagai manusia pasti akan mengambil berbagai keputusan mengenai apa saja yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi, biasanya kita mengambil keputusan ini tanpa memikirkan bagaimana kita mengambil keputusan tersebut dan apa saja yang ada dalam proses pengambilan keputusan itu.



      Menurut pemahaman yang paling umum, sebuah keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan kata lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika ingin mengambil suatu keputusan. Jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian dan tidak melakukan pembelian, pilihan antara merk X dan merk Y, atau pilihan untuk menggunakan waktu mengerjakan "A" atau "B", berarti orang tersebut berada dalam posisi untuk mengambil suatu keputusan. Sebaliknya, jika konsumen tersebut tidak mempunyai alternatif untuk memilih dan benar-benar terpaksa melakukan pembelian tertentu atau mengambil tindakan tertentu (misalnya, menggunakan obat resep dokter), maka keadaan satu-satunya "tanpa pilihan lain", ini berarti bukanlah suatu keputusan ; keputusan atas keadaan tanpa pilihan biasanya disebut "pilihan Hobson.



       Kenyataannya, situasi pembelian atau konsumsi tanpa pilihan agak jarang terjadi. Jadi, jika dimana ada suatu pilihan, maka pasti akan ada kesempatan bagi para konsumen untuk mengambil keputusan. Selain itu, riset konsumen eksperimental mengungkapkan bahwa menyediakan pilihan bagi konsumen ketika tidak ada sama sekali satu pun pilihan, dapat dijadikan sebagai strategi bisnis yang tepat. Strategi tersebut dapat meningkatkan penjualan dengan jumlah sangat besar. Misalnya, ketika sebuah katalogpromosi lansgung alat-alat listrik memamerkan dua buah alat pembuat kopi, bukannya hanya satu, (alat pembuat kopi yang semula harganya $149 dan yang "baru" agak lebih besar seharga $229, penambahan alat pembuat kopi yang kedua sebagai perbandingan tanpa mampu mendorong penilaian konsumen yang meningkat secara tajam penjualan alat pembuat kopi pertama.



TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN

       Tidak semua pengambilan keputusan konsumen untuk menerima atau membutuhkan suatu tingkat pencarian informasi yang sama. Jika semua keputusan pembelian membutuhkan usaha yang besar, maka pengambilan keputusan konsumen merupakan proses yang sangat melelahkan dan menyita waktu. Sebaliknya, jika semua pembelian sudah merupakan hal rutin, maka akan cenderung membosankan dan hanya sedikit memberikan kesenangan atau sesuatu yang baru. Dalam rangkaian usaha yang berkisar yang paling tinggi sampai paling rendah, kita dapat membedakan tiga tingkat pengambilan keputusan konsumen secara spesifik, yaitu : pemecahan masalah yang mendalam, pemecahan masalah yang terbatas, dan perilaku respon yang rutin.





PEMECAHAN MASALAH YANG LUAS



        Jika konsumen tidak mempunyai kriteria yang mapan untuk menilai kategori produk atau merk tertentu dalam kategori tersebut atau tidak membatasi jumlah merk yang akan mereka pertimbangkan menjadi rangkaian kecil yang dapat dikuasai, usaha pengambilan keputusan mereka dapat dikategorikan sebagai pemecahan masalah yang luas. Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan memberikan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merk-merk tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merk yang akan dipertimbangkan.



PEMECAHAN MASALAH YANG TERBATAS



          Pada tingkat pemecahan masalah ini, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merk dalam kategori tersebut.. Tetapi, mereka belum sepenuhnya menetapkan pilihan terhadap kelompok merk tertentu. Pencarian informasi tambahan yang mereka lakukan lebih merupakan “ penyesuain sedikit-sedikit ” mereka harus mengumpulkan informasi merk tambahan untuk melihat perbedaan di antara berbagai merk.



PERILAKU SEBAGAI RESPON YANG RUTIN



         Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merk yang sedang mereka pertimbangkan. Dalam beberapa situasi, mereka mungkin mencari informasi tambahan ; dalam situasi lain mereka hanya meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui.

       Seberapa mendalam tugas pemecahan masalah konsumen bergantung pada seberapa baik kriteria pemilihan yang telah ditetapkan, seberapa banyak informasi yang telah di dapat mengenai setiap merek yang sedang dipertimbangkan, dan seberapa terbatas rangkaian merk yang akan dipilih. Jadi, untuk pemecahan masalah yang luas, konsumen harus mencari informasi yang lebih banyak untuk melakukan pilihan, sedangkan untuk perilaku respon yang rutin hanya sedikit informasi yang dibutuhkan.

         Semua keputusan dalam hidup kita tidak semuanya susah, sehingga tidak memerlukan penelitian dan pertimbangan yang luas. Masalahnya mungkin kita tidak mampu untuk melakukan usaha hingga ke level yang diperlukan. Beberapa keputusan merupakan “ keputusan yang mudah “.



MODEL KEPUTUSAN : EMPAT PANDANGAN MENGENAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN



          Istilah model konsumen mengacu ke “ pandangan “ atau perspektif yang umum mengenai bagaimana ( dan mengapa ) para individu berperilaku seperti yang mereka lakukan. Selanjutnya, kita akan mempelajari berbagai model konsumen menurut empat pandangan berikut : ( 1 ) pandangan ekonomi, ( 2 ) pandangan pasif, ( 3 ), pandangan kognitif, ( 4 ) pandangan emosional.



PANDANGAN EKONOMI



          Dalam bidang ekonomi teoritis, yang menggambarkan dunia persaingan sempurna, konsumen sering dikategorikan sebagai pengambil keputusan yang rasional. Model ini disebut model teori manusia ekonomi, telah dikritik oleh para peneliti konsumen karena berbagai alasan. Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, seorang konsumen harus : ( 1 ) mengetahui semua alternatif produk yang tersedia, ( 2 ) mampu memperhitungkan setiap alternatif secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya, dan ( 3 ) mampu mengenali satu alternatif yang terbaik. Akan tetapi, kenyataannya para konsumen jarang mempunyai informasi yang cukup akurat ataupun tingkat keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk membuat apa yang dinamakan sebagai keputusan yang “ sempurna “.



          Dapat dibuktikan pada model ekonomi klasik mengenai konsumen yang betul-betul rasional tidaklah realistis karena alasan-alasan berikut ini : ( a ) manusia dibatasi oleh keterampilan, kebiasaan, dan refleks mereka yang ada, ( b ) manusia dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan mereka yang ada, dan ( c ) manusia dibatasi oleh luasnya pengetahuan mereka.



PANDANGAN PASIF



        Pandangan yang sangat berlawanan dengan pandangan ekonomi yang rasional mengenai konsumen adalah pandangan pasif yang menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentigan melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Dalam pandangan pasif, para konsumen dianggap sebagai konsumen yang menurutkan kata hati dan irasional, siap menyerah kepada tujuandan kekuasaan pemasar. Setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu, model pasif konsumen didukung oleh tenaga penjual kawakan yang unggul dan suka bekerja keras, yang terlatih memandang konsumen sebagai obyek yang akan dimanipulasi.



         Keterbatasan utama model pasif ini adalah gagal mengenali bahwa konsumen memainkan peran yang sama, bahkan dominan dalam berbagai situasi pembelian. Kadang-kadang, dengan mencari informasi berbagai alternatif produk dan memilih produk yang kelihatannya menawarkan kepuasaan terbesar dan pada waktu yang lain dengan menurutkan kata hati dalm memilih produk yang memuaskan suasana hati atau emosi pada waktu itu.




PANDANGAN KOGNITIF



          Model ketiga ini menggambarkan konsumen sebagai pemecah masalah dengan cara berpikir. Dalam kerangka ini, konsumen sering digambarkan sebagai mau menerima maupun dengan aktif mencari produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka dan memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif memfokuskan kepada proses konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merk dan saluran ritel yang dipilih.



         Dalam konteks model kognitif, konsumen dipandang sebagai pengolah informasi. Pengolahan informasi menghasilkan formasi pilihan, dan akhirnya mempunya minat untuk membeli. Pandangan kognitif juga mengakui bahwa konsumen tidak mungkin berusaha memperoleh semua informasi yang tersedia dalam setiap pilihan. Bahkan, konsumen mungkin akan menghentikan semua usaha pencarian informasi yang ada ketika mereka merasa bahwa mereka sudah cukup memperoleh informasi mengenai beberapa alternatif untuk mengambil keputusan yang “ memuaskan “. Sebagaimana dikemukakan oleh pandangan mengenai pengolahan informasi ini, para konsumen sering mengembangkan kaidah jalan pintas ( yang disebut heuristik ) untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Mereka juga menggunakan berbagai kaidah keputusan untuk mengatasi keterbukaan terhadap informasi yang terlalu banyak ( yaitu : informasi yang berlebih – lebihan ).



         Pandangan atau pemecahan masalah kognitif menggambarkan konsumen berada di antara pandangan ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak ( atau tidak dapat ) memperoleh pengetahuan mutlak mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun secara aktif mencari informasi dan berusaha mengambil keputusan yang memuaskan.





PANDANGAN EMOSIONAL



        Walaupun sudah lama menyadari adanya model pengambilan keputusan yang emosional atau impulsive (menurutkan desakan hati), para pemasar sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun model pasif. Tetapi, kenyataannya di antara kita mungkin menghubungkan perasaan yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran, rasa saying, harapan, seksualitas, fantasi, bahkan sedikit “keajaiban “ dengan berbagai pembelian atau kepemilikan tertentu. Semua perasaan atau emosi ini mungkin sangat mendalam. Sebagai contoh, seseorang yang salah menaruh pulpen kesayangannya mungkin mencarinya ke mana-mana, walaupun ia mempunyai enam pulpen di tangannya.

       Ketika seorang konsumen mengambil apa yang pada dasarnya merupakan keputusan pembelian yang emosional, hanya sedikit perhatian yang diberikan untuk mencari infprmasi sebelum melakukan pembelian. Sebaliknya, jika lebih banyak perhatian yang diberikan kepada suara hati dan perasaan yang timbul ketika ingin membeli suatu barang. Ini tidak berarti bahwa keputusan yang emosional tidak rasional.

      Contohnya, banyak konsumen yang membeli pakaian yang berlabel perancang, bukan karena melihat sesuatu yang lebih baik barangnya, tetapi karena label status membuat diri mereka merasa lebih nyaman. Ini adalah keputusan yang rasional.

      Suasana hati konsumen juga penting untuk mengambil suatu keputusan. Suasana arti dapat di artikan sebagai “ keadaan perasaan “ atau keadaan jiwa. Berbeda dengan emosi, yang merupakan respon terhadap suatu keadaan tertentu, suasana hati secara khas merupakan keadaan yang sudah ada sebelumnya dan tidak terfokus.

       Suasana hati sangat penting untuk suatu pengambilan keputusan konsumen, karena mempengaruhi kapan konsumen akan berbelanja, dimana mereka berbelanja, dan apakah mereka berbelanja sendiri atau dengan orang lain serta juga mempengaruhi bagaimana respon konsumen terhadap lingkungan tempat dia berbelanja.





MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN



         Model ini dirancang untuk menghubungkan berbagai gagasan pengambilan keputusan dan perilaku konsumsi konsumen yang relevan menjadi suatu keseluruhan yang berarti. Model tersebut mempunyai tiga komponen utama, yaitu : masukan, proses, dan keluaran.



MASUKAN



        Komponen masukan dalam model pengambilan keputusan konsumen mempunyai berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap, dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang paling utama di antara berbagai macam factor masukan ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran perusahaan yang berusaha menyampaikan manfaat produk dan jasa mereka kepada para konsumen potensial dan pengaruh sosialbudaya di luar pemasaran, yang jika dihayati dengan mendalam akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.




Masukan Pemasaran



        Kegiatan pemasaran perusahaan merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya. Masukan kepada proses pengambilan keputusan konsumen ini mengambil bentuk berbagai strategi bauran pemasaran, khususnya yang terdiri dari produk itu sendiri ; iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal, dan berbagai usaha promosi lainnya ; kebijakan harga ; dan pemilihan saluran distribus untuk memindahkan produk dari pabrikan kepada konsumen.



Masukan Sosiobudaya



         Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosiobudaya, juga mempenyai pengaruh yang sangat besar terhadap konsumen. Masukan sosiobudaya terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial. Contohnya, komentar teman, editorial di surat kabar, pemakaian oleh anggota keluarga, artikel pada Consumer Reports, atau pandangan para konsumen berpengalaman yang ikut serta dalam kelompok diskusi khusus di Intenet, semuanya itu merupakan sumber informasi nonkomersial.



PROSES



         Komponen proses dalam model ini berhubungan dengan bagaimana cara konsumen mengambil keputusan. Bidang psikologis mewakili pengaruh dalam diri ( motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap ) yang mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan konsumen ( apa yang mereka butuhkan atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalm pengumpulan informasi, dan penilaian mereka mengenai berbagai alternatif ).



Pengenalan Kebutuhan



       Pengenalan kebutuhan mungkin terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan “ suatu masalah “. Di kalangan konsumen, terdapat 2 gaya pengenalan kebutuhan atau masalah yang berbeda. Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan ( seperti telepon tanpa kabel yang terus menerus dalam keadaan statis ). Sebaliknya, konsumen lain adalah tipe keadaaan yang diinginkan, dimana bagi mereka keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat mengerakkan proses keputusan.





Penelitian Sebelum Pembelian



        Penelitian sebelum pembelian dmulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen biasanya mencoba mengingat sebelum mencari berbagai sumber informasi eksternal yang berhubungan dengan konsumsi tertentu. Pengalaman yang lalu dianggap sebagai sumber informasi internal. Semakin besar kaitannya dengan pengalaman masa lalu, semakin sedikit informasi luar yang mungkin dibutuhkan konsumen untuk mencapai keputusan. Banyak keputusan konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu ( sumber internal ) dan informasi pemasaran dan non komersial ( sumber eksternal ). Tingkat risiko yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses pengambilan keputusan.



Penilaian Alternatif



        Ketika menilai berbagai alternatif potensial, para konsumen cenderung menggunakan 2 macam informasi, yaitu : ( 1 ) “ daftar “ merk yang akan mereka rencanakan untuk dipilih ( serangkaian merk yang diminati ) dan ( 2 ) criteria yang akan mereka pergunakan untuk menilai setiap merk. Melakukan pilihan dari contoh semua merk yang mungkin dapat dipilih merupakan karakter manusia yang membantu menyederhanakan proses pengambilan keputusan.



Rangkaian Merk Yang Diminati



          Dalam konteks pengambilan keputusan konsumen, rangkaian merk yang diminati mengacu kepada merk-merk khusus yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian dalam kategori produk tertentu. Rangkaian merk yang diminati seorang konsumen dibedakan dari rangkaian merk tidak layak yang terdiri dari berbagai merk yang tidak menarik perhatian konsumen karena dirasakan tidak mempunyai keuntungan khusus apapun.



Kriteria yang Digunakan untuk Menilai Merk



           Kriteria yang digunakan para konsumen untuk menilai merk u=yang merupakan rangkaian merk yang mereka sukai biasannya dinyatakan dari sudut-sudut sifat produk yang penting.



         Jika perusahaan mengetahui bahwa para konsumen akan menilai berbagai alternatif, mereka kadang-kadang membuat iklan dengan cara memasukan criteria yang harus digunakan oleh konsumen dalam menilai suatu produk atau jasa.



       Kita semua mungkin telah mempunyai berbagai pengalaman dalam membandingkan atau menilai berbagai merk atau model suatu produk dan menemukan satu produk yang betul-betul terasa, kelihatan, dan atau bekerja dengan baik.



Kaidah Keputusan Konsumen



        Kaidah keputusan konsumen yang sering disebut heuristic, strategi keputusan, dan strategi pengolahan informasi, merupakan prosedur yang digunakan oleh konsumen untuk memudahkan dalam pemilihan merk. Kaidah ini mengurangi beban untuk membuat keputusan yang kompleks dengan memberikan garis pedoman atau menjadikannya kebiasaan sehingga menjadikannya proses yang tidak memberatkan.



       Kaidah keputusan konsumen secara luas telah diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar, yaitu : kaidah keputusan pengimbang dan bukan pengimbang. Dalam mengikuti kaidah keputusan pengimbang, konsumen menilai pemilihan merk dari sudut setiap sifat yang relevan dan menghitungkan skor yang diberi bobot dan dijumlahkan untuk setiap merk. Skor yang dihitung menggambarkan manfaat-relatif merk sebagai pilihan pembelian yang potensial. Asumsinya adalah bahwa konsumen akan memilih merk yang mempunyai skor tertinggi diantara berbagai alternatif yang dinilai.



       Keistimewaan kaidah keputusan pengimbang yang unik adalah kaidah ini memungkinkan penilaian suatu merk positif atas sau sifat untuk mengimbangi penilaian yang negatif atas suatu sifat lainnya. Contohnya, penilaian positif atas penghematan energi yang dimungkinkan pada suatu merk atau tipe lampu pijar tertentu dapat mengimbangi penlaian yang tidak dapat diterima dari sudut berkurangnya keluaran cahaya lampu.



      Sebaliknya, kaidah keputusan bukan-pengimbang tidak memungkinkan konsumen menyeimbangkan penilaian positif suatu merk atas satu sifat dengan penilaian negative atas produk ( yang tidak dapat diterima ) mengenai keluaran cahayanya tidak dapat dimbangi oleh penilaian positif penghematan energinya. Yang termasuk ke dalam tiga kaidah bukan-pengimbang, yaitu : kaidah konjungtif, kaidah bukan-konjungtif, dan kaidah leksikografis.





Gaya Hidup sebagai Strategi Keputusan Konsumen



        Keputusan perorangan atau keluarga yang diambil demi untuk gaya hidup tertentu ( misalnya, para pengikut yang taat terhadap agama tertentu ) berpengaruh pada berbagai perilaku khusus konsumen sehari-hari. Contohnya : The Trends Research Institute telah mengenali “ kesederhanaan yang disengaja “ sebagai salah satu dari sepuluh kecendrungan gaya hidup tahun 1990-an. Mereka memperkirakan bahwa pada tahun 2000, 15 persen dari semua boomer akan mencari gaya hidup yang lebih sederhana dengan berkurangnya penekanan pada pemilikan dan barang pemilik.




Informasi yang tidak Lengkap dan Alternatif yang Tidak Dapat Dibandingkan



         Dalam berbagai situasi pilihan, para konsumen sering menghadapi informasi yang tidak lengkap sebagai dasar keputusan dan harus menggunakan berbagai strategi alternatif untuk mengatasi unsure-unsur yang hilang. Hilangnya informasi mungkin diakibatkan oleh iklan atau kemasan yang hanya mengemukakan sifat-sifat tertentu, ingatan konsumen yang tidak sempurna terhadap sifat-sifat alternatif yang tidak dikemukakan, atau karena beberapa sifat harus dialami dan hanya dapat dinilai setelah produk digunakan. Ada 4 strategi alternatif yang dapat digunakan para konsumen untuk mengatasi informasi yang hilang :

1. Konsumen dapat menunda keputusan sampai informasi yang hilang diperoleh. Strategi ini mungkin digunakan untuk keputusan yang berisiko tinggi.

2. Konsumen dapat mengabaikan informasi yang hilang dan memutuskan untuk meneruskan dengan kaidah keputusan yang ada ketika itu.

3. Konsumen dapat mengubah strategi keputusan yang biasa digunakan dengan strategi yang dapat mengsi informasi yang hilang dengan lebih baik.

4. Konsumen dapat menduga ( “membangun” ) informasi yang hilang.



Serangkaian Keputusan



       Walaupun kita telah membahas keputusan pembelian seolah-olah merupakan keputusan tunggal, dalam kenyataan, suatu pembelian dapat mencakup sejumlah keputusan. Contohnya, ketika membeli sebuah mobil, konsumen terlibat dalam berbagai keputusan seperti memlih produsen atau negara asal mobil, agen penjual, pembiayaan, dan berbagai pilihan khusus. Dalam hal penggantian mobil, berbagai keputusan ini harus didahului oleh sebuah keputusan apakah akan menjual mobil yang dipunyai sekarang ini atau tidak.



Kaidah Keputusan dan Strategi Pemasaran



        Pengertian mengenai kaidah mana yang akan digunakan konsumen dalam memilih produk atau jasa tertentu sangat berguna bagi para pemasar yang berkepentingan untuk merumuskan program promosi. Pemasar yang mengetahui dengan baik kaidah keputusan yang berlaku dapat mempersiapkan pesan promosi dalam format yang dapat mempermudah pengolahan informasi oleh konsumen. Pesan promosi bahkan dapat menganjurkan bagaimana para konsumen potensial sebaiknya mengambil keputusan.



Visi Konsumsi



        Para peneliti baru-baru ini mengemukakan “ visi konsumsi “ sebagai gambaran pengambilan keputusan yang tidak ortodoks, tetapi mungkin sekali akurat dalam situasi kurangnya pengalaman konsumen dan tidak ortodoks, tetapi mungkin sekali akurat dalam situasi kurangnya pengalaman konsumen dan tidak terstrukturnya masalah dengan baik, maupun dalam situasi yang diliputi emosi yang dalam. Dalam keadaan seperti ini, konsumen dapat berpaling kepada visi konsumsi, yaitu suatu gambaran batin atau bayangan visual mengenai hasil-hasil pemakaian tertentu dan/atau berbagai konsekuensi konsumsi. Visi-visi tersebut memungkinkan para konsumen membayangkan atau seolah-olah benar-benar ikut mengkonsumsi sebuah produk atau jasa sebelum mengambil keputusan yang sebenarnya.



KELUARAN





       Posisi keluaran dalam model pengambilan keputusan menyangkut dua kegiatan pasca-pembelan yang berhubungan erat dengan : perilaku pembelian dan penilaian pasca-pembelian. Tujuan kedua kegiatan itu adalah untuk meningkatkan kepuasaan konsumen terhadap pembeliannya.




Perilaku Pembelian



       Para konsumen melakukan tiga tipe pembelian : pembelian percobaan, pembelian ulangan, dan pembelian komitmen jangka panjang. Ketika konsumen membeli suatu produk ( atau merk ) untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasannya, pembelian ini akan dianggap sebagai suatu percobaan. Jadi, percobaan merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.



       Jika suatu merk baru dalam kategori produk yang sudah mapan ( pasta gigi, permen karet, atau cola ) berdasarkan percobaan dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik daripada merk-merk lain, konsumen mungkin akan mengulangi pembelian. Perilaku pembelian ulang tersebut berhubungan erat dengan konsep kesetiaan kepada merk, yang diusahakan oleh kebanyakan perusahaan, karena menyumbang kepada stabilitas yang lebih besar di pasar.



        Percobaan tentu saja tidak selalu mungkin dilakukan. Contohnya, pada barang-barang yang paling tahan lama ( kulkas, mesin cuci, kompor listrik ), konsumen biasanya beralih secara langsung dari penilaian terhadap komitmen jangka panjang ( melalui pembelian ), tanpa kesempatan untuk percobaan yang sesungguhnya.



Penilaian Pasca-Pembelian



       Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut sesuai dengan berbagai harapan mereka. Ada 3 hasil yang penilaian yang mungkin akan timbul, antara lain : ( 1 ) kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral ; ( 2 ) kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai pemenuhan harapan secara positif ( yang menimbulkan kepuasaan ) ; dan ( 3 ) kinerja di bawah harapan, yang menimbulkan pemenuhan harapan secara negative dan ketidak puasaan.



        Unsur penting dalam penilaian pasca-pembelian adalah berkurangnya ketidakpastian atau keraguan konsumen mengenai pemilihan. Sebagai bagian dari analisis pasca-pembelian mereka, konsumen berusaha menyakinkan diri bahwa pilihan mereka merupakan pilihan yang bijaksana ; jadi, mereka berusaha mengurangi ketidakcocokan kognitif pasca pembelian.



       Tingkat analisis pasca-pembelian yang dilakukan para konsumen tergantung pada pentingnya keputusan produk dan pengalaman yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika produksi tersebut berfungsi sesuai dengan harapan, mereka mungkin akan membelinya lagi. Tetapi, jika kinerja produk mengecewakan atau tidak memenuhi harapan, mereka akan mencari berbagai alternatif yang lebih sesuai. Jadi, penilaian pasca-pembelian konsumen “ memberikan umpan balik “ seperti pengalaman terhadap psikologis konsumen dan membantu mempengaruhi keputusan yang berkaitan di waktu yang akan datang.











Sabtu, 16 Oktober 2010

Perilaku Konsumen

         
         Perilaku Konsumen Sebagai Disiplin Ilmu Pengetahuan Akademis dan Ilmu Pengetahuan Terapan
    Studi perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan reaksi seperti yang dikemukakan oleh teori pemasaran. Walaupun pendekatan "saya juga" kadang-kadang merupakan mode, banyak konsumen menolak memakai produk yang sama yang dipakai oleh orang lainnya. Sebaliknya, mereka lebih menyukai produk terbedakan yang mereka rasa mencerminkan kebutuhan khusus, kepribadian, dan gaya hidup mereka. Bahkan dalam berbagai pasar industri, dimana kebutuhan akan barang dan jasa selalu lebih homogen daripada di pasar-pasar konsumen, para pembeli memperlihatkan atau menunjukkan preferensi (kelebih-sukaan) yang beragam dan perilaku membeli yang kurang dapat diramalkan.

     Faktor-faktor lain yang menyumbang berkembangnya minat terhadap perilaku konsumen adalah tingkat percepatan pengembangan produk baru, pergerakan konsumen, kepedulian terhadap kebijakan publik, kepedulian terhadap lingkungan, dan pembukaan pasar-pasar nasional di seluruh dunia.

          Ruang Lingkup Perilaku Konsumen

     Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Ambillah contoh produk yang sederhana seperti, mesin fax pribadi. Para peneliti konsumen ingin mengetahui konsumen mana yang membeli mesin fax untuk digunakan di rumah. Keistimewan apa yang mereka cari ? Manfaat apa yang mereka cari ? Jenis dokumen apa yang mereka fax dan untuk alasa apa ? Berapa besar kemungkinannya mereka akan mengganti yang lama jika model baru tersedianya keistimewaan tambahan d dalamnya ? Jawaban atas semua pertanyaan ini dapat memberikan masukan yang penting kepada produsen mesin fax untuk penjadwalan produk, modifikasi desain, dan strategi promosi.

      Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para peneliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk yang dulu pernah baru. Sebagai contoh, setelah konsumen menggunakan produk tertentu, apakah mereka menyimpan, membuangnya atau menghadiahkan, menjual, menyewakan, atau meminjamkannya kepada orang lain ?

            Perilaku Konsumen Berakar Pada Lintas Disiplin Ilmu Pengetahuan

      Perilaku konsumen merupakan studi yang relatif baru pada pertengahan sampai akhir tahun 1960-an. Karena ilmu ini tidak mempunyai sejarah atau badan risetnya sendiri, para pakar teori pemasaran banyak sekali meminjam berbagai konsep yang dikembangkan di berbagai disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti psikologi (studi mengenai individu), sosiologi (studi mengenai kelompok), psikologi sosial (studi mengenai cara individu beroperasi dalam kelompok), antropologi (pengaruh masyarakat pada individu), dan ilmu ekonomi dalam rangka membentuk dasar disiplin ilmu pemasaran yang baru ini. Kebanyakan, teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan pendapat bahwa individu bertindak secara rasional untuk memaksimumkan keuntungan (kepuasaan) mereka dalam membeli barng dan jasa. Penelitian belakangan ini menemukan bahwa para konsumen mungkin sekali membeli secara impulsif, dan dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga dan teman-teman, oleh berbagai pemasang iklan dan model peran, tetapi juga oleh suasana hati, keadaan, dan emosi. Semua faktor ini bergabung sehingga membentuk model perilaku konsumen yang menyeluruh dan mampu mencerminkan aspek pengertian dan pengetahuan (cognitif) maupun emosional dalam pengambilan keputusan konsumen.

          Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen

      Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda, namun berhubungan satu sama lain. Tahap pertama yaitu : tahap masukan (input), tahap proses, dan tahap keluaran (output).

       Tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama : usaha pemasaran perusahaan (produk itu sendiri, harganya, promosinya, dan dimana ia di jual) dan pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (keluarga, teman-teman, tetangga, sumber informal dan non-komersial lain, kelas sosial, serta keanggotaan budaya dan sub budaya). Dampak kumulatif dari setiap usaha pemasaran perusahaan, pengaruh keluarga, teman-teman, tetangga, dan tata perilaku masyarakat yang ada, semuanya merupakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang di beli konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli.

       Tahap proses model ini memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis yang melekat pada setiap individu (motivasi, persepsi, pengetahuan, pribadi dan sikap) mempengaruhi cara masukan dari luar pada tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternatif. Pengalaman yang diperoleh melalui evaluasi berbagai alternatif, pada gilirannya akan mempengaruhi sifat psikologis konsumen yang ada.

       Tahap keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat dengan : perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Perilaku membeli produk yang murah dan tidak tahan lama (contohnya : shampoo bau) dapat dipengaruhi oleh kupon produsen dan sebetulnya bisa berupa pembelian percobaan ; jika konsumen puas, dia mugkin mengulang pembelian. Percobaan merupakan tahap penyelidikan pada perilaku pembelian, yakni konsumen menilai produk melalui pemakaian langsung. Pembelian ulang biasanya menandakan penerimaan akan produk. Bagi produk yang relatif tahan lama seperti laptop ("relatif" tahan lama karena dapat cepat usang), pembelian yang dilakukan mungkin sekali menandakan produk tersebut diterima dengan baik.
 
      

     

          

Minggu, 10 Oktober 2010

Blackberry Curve 3G 9300

Gadget Mania . . . Blackberry Curve 3G 9300





Bro sekalian, sudah beberapa Bulan ini saya menjadi salah satu pengguna Smartphone Blackberry tipe murmer Yakni tipe Curve 8520 Gemini. Awal Blackberry booming, saya mungkin adalah salah seorang yang tetep bergeming menggunakan smartphone lama saya Nokia E51 . . . akan tetapi setelah mencoba Blackberry, mindset saya menjadi terbuka, hmmm ternyata banyak sekali yang bisa saya perbuat dengan gadget ini selain kebutuhan basic telefon dan sms. Bisa email, fb, twitter, bahkan mengelola blog dnegan aplikasi wordpress for blackberry . ..  hmm gadget ini sudah hampir mencuri hati saya dari Netbook Vaio yang biasa menjadi teman posting artikel.




Akan tetapi, pengalaman saya Loading BB Gemini ini lumayan lemot juga, ini dikarenakan jaringan yang di suportnya adalah GPRS dan EDGE he he he, akan tetapi denger denger kabarnya RIM akan segera merilis BB Curve 9300 yang garis desain bodynya mirip banget dengan gemini plus beberapa fitur yang lebih baik seperti Jangkauan super jaringan (800/850)/1900/2100MHz or 900/1700/2100MHz HSDPA data, quad-band GSM, jadi bileh dibilang Curve 9300 ini disinyalir akan signifikan lebih cepat dibanding gemini he he he  . ..  Waaah kalo begini  bisa posting real time artikel blog lebih cepat lagi dong . ..  mantaaab





Selain itu Curve 9300 masih menggunakan fitur-fitur standar awal yang mumpuni seperti QWERT keyboard dan navigasi Trackpad yang buat tmcblog.com masih cukup nyaman untuk posting artikel blog dan suport jaringan WIFI  Dukungan 802.11b/g  plus beberapa fitur tambahan yang nggak kalah canggih seperti GPS . . . naaa gemini belom ada nih yang kayak beginian. Kameranya? . . . masih 2MP tanpa Flash light . . . Yaaa . . . cukuplah buat main spyshot spyshot-an motor baru di jalanan yang terusbisa secara real time langsung dipublikasikan ke Blog demi kepuasan pengunjung. Memory internal Curve 3G tidak sedahsyat Torch . . . cuma 256 MB flash memory / 256 MB SDRAM . ..  Tapi sepertinya Sudah cukup lah buat blogger kayak saya ini, pengalaman saya – jarang banget gemini 8520 nge-Hang tuh





Akan tetapi OS yang digunakan masih berupa BB OS 5.0, akan tetapi menurut RIM bisa diupgrade ke versi OS BB 6.0 . . .  Atau mungkin saja versi Indonesianya nanti sudah menggunakan BB 6.0 seperti yang digunakan pada BB Torch. Secara umum saya cukup kesengsem sama smartphone ini, karena sesuai kebutuhan saya terutama suport kegiatan Online . .  and the last . ..  buat bro-bro semua saya cuma pesan agar bijak meilih gadget, sesuaikan pilhan bro dengan kebutuhan yang benar-benar bro inginkan . . . kedepankan needs dibandingkan Wants, semoga berguna

Harga Ban Battlax 2010

FYI . . Harga Ban Battlax 2010 





Bro sekalian, berikut saya postingkan harga ban Bridgestone battlax yang diupdate pada PRJ per bulan Juni 2010 Lalu  dengan Kurs US dollar Rp 9.800,- harga saat ini bisa saja berubah , tapi lumayan lah Buat sekedar acuan bro sekalian yang berniat untuk menggunakan ban yang secara Kualitas diakui secara Internasional ini, silahkan  cek daftar harga dibawah, semoga bermanfaat..


Model Type F/R Size Harga
BT 39 Racing Front 110/70-17 635.000
BT 39 SS Racing Front 80/90-16 535.000
80/90-17 570.000
90/80-17 610.000
100/80-17 695.000
Rear 90/90-17 620.000
100/80-17 695.000
100/90-18 750.000
120/80-17 785.000
BT 45 Sport & Touring Front 90/90-18 520.000
100/80-18 585.000
100/80-17 570.000
100/90-18 595.000
110/70-17 545.000
110/80-17 635.000
120/70-17 660.000
Rear 110/80-18 660.000
120/80-17 735.000
120/80-18 810.000
130/70-17 800.000
130/70-18 825.000
140/70-17 925.000
150/70-17 935.000
150/70-18 940.000
BT 45 V Sport & Touring Front 110/90-18 760.000
120/80-16 700.000
Rear 150/80-16 995.000
BT 090 Racing Front 100/70-17 1.040.000
110/70-17 1.035.000
120/60-17 1.130.000
120/70-17 1.095.000
Rear 150/60-17 1.420.000
BT 92 Sport & Touring Front 110/70-17 735.000
120/60-17 760.000
120/70-17 770.000
Rear 140/60-17 870.000
140/70-17 915.000
150/60-17 940.000
160/60-17 990.000
150/60-18 1.000.000
BT 014 Sport & Touring Front 120/60-17 1.050.000
120/70-17 1.110.000
Rear 170/60-17 1.665.000
180/55-17 1.625.000
190/50-17 1.700.000
200/50-17 1.795.000
BT 016 Hyper Sport Front 120/60-17 1.115.000
120/70-17 1.145.000
Rear 150/60-17 1.520.000
170/60-17 1.675.000
180/55-17 1.710.000
190/50-17 1.795.000
BT 020
Rear 110/80-18 1.095.000
BT 003 RS Hyper Sport Front 120/60-17 1.115.000
120/70-17 1.145.000
Rear 150/60-17 1.520.000
160/60-17 1.595.000
180/55-17 1.710.000
190/50-17 1.795.000
BT 023 Sport & Touring Front 120/60-17 1.095.000
120/70-17 1.140.000
Rear 180/55-17 1.810.000
190/50-17 1.900.000

Kenapa sih di SPBU Shell Kalo Isi bbm harus turun Dari Motor ?

Kenapa sih di SPBU Shell Kalo Isi bbm harus turun Dari Motor ?




Bro sekalian, Mungkin sudah banyak blog dan Forum yang mengulas SOP pengisian bahan Bakar di SPBU Shell dimana pengendara Rodadua (motor), nggak perduli jenis Bebek, Skutik maupun Motor sport  harus Turun dari kendaraannya. Akan tetapi kali ini saya mendapatkan pernyataan resmi dari Ibu Fathia Syarif, Manager – Media Relations, External Affairs & Communications PT Shell Indonesia yang ternyata didasarkan atas kepedulian SHell terhadap Keselamatan Pengendara motor itu sendiri . ..
“Ada beberapa alasan kenapa kita meminta pengendara motor roda dua  untuk turun pada saat pengisian BBM:

Api akan terjadi  jika ada udara, bahan bakar & panas. Kebanyakan sepeda motor mempunyai tanki BBM diatas mesin,  sehingga jika terjadi tumpahan BBM besar kemungkinan akan terjadi api. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadinya tumpahan atau kebakaran, reaksi pengendara motor akan lebih cepat jika tidak berada di atas motor. Selain itu,  jika  saat mengisi BBM si pengendara motor duduk di atas motornya, maka ‘biasanya’ posisi motor tidak di standar, tapi ditopang oleh kaki si pengendara. Jika ada keadaan darurat,   maka motor bisa  terjatuh dan bisa juga jatuh  ke si pengendara sehingga efek insiden akan lebih fatal.



Hmm penjelasan yang lugas dan jelas diatas hampir tidak terpikir oleh saya sebelum ini. Coba bayangkan bila ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi misalnya ada percikan api, memang akan lebih sulit bagi kita yang duduk di atas jok motor sport untuk bisa sigap dan cepat menghindar karena posisi kita yang tidak Siaap. Hebatnya, adalah Pengendara motor sport (termasuk saya sendiri) bila di spbu Shell bersedia turun dari motor, akan tetapi bila mengisi bbm di spbu lain . ..  yaaa tetep nangkring lagi he he he.





Oke deh sekarang udah tahu kan Latar belakang SOP ini . . . kalo saya sih Mulai saat ini bertekat untuk turun dari motor sport saya saat mengisi bbm di spbu manapun . ..  Kalo naik si Pinky sih dah pasti turun soale tangkinya ada di balik jok xixiixxi :mrgreen: Dan saya berharap SOP semacam ini menjadi standar Baku untuk semua SPBU di indonesia apapun Brand nya . . . gak usah malu jadi attitude follower demi keselamatan !!